Adapun mereka yang berjuang mempertahankan
tanah-air, contohnya terdapat pada Quzman, salah seorang munafik, yang hanya
pura-pura Islam. Ketika kaum Muslimin berangkat ke Uhud ia tinggal di belakang.
Keesokan harinya, ia mendapat hinaan dari wanita-wanita Banu Zafar.
"Quzman," kata wanita-wanita itu.
"Tidak malu engkau dengan sikapmu itu. Seperti perempuan saja kau. Orang
semua berangkat kau tinggal dalam rumah."
Dengan sikap berang Quzman pulang ke rumahnya.
Dikeluarkannya kudanya, tabung panah dan pedangnya. Ia dikenal sebagai seorang
pemberani. Ia berangkat dengan memacu kudanya sampai ke tempat tentara.
Sementara itu Nabi sedang menyusun barisan Muslimin. Ia terus menyeruak sampai
ke barisan terdepan. Dia adalah orang pertama dari pihak Muslimin yang
menerjunkan diri, dengan melepaskan panah demi panah, seperti tombak layaknya.
Hari sudah menjelang senja. Tampaknya ia lebih suka
mati daripada lari. Ia sendiri lalu membunuh diri sesudah sempat membunuh tujuh
orang Quraisy di Suway'a - selain mereka yang telah dibunuhnya pada permulaan
pertempuran. Tatkala ia sedang sekarat itu, Abu'l-Khaidaq lewat di tempat itu.
"Quzman, beruntung kau akan mati syahid,"
katanya.
"Abu 'Amr," kata Quzman. "Sungguh
saya bertempur bukan atas dasar agama. Saya bertempur hanya sekadar menjaga
jangan sampai Quraisy memasuki tempat kami dan melanda kehormatan kami, menginjak-injak
kebun kami. Saya berperang hanya untuk menjaga nama keturunan masyarakat kami.
Kalau tidak karena itu saya tidak akan berperang."
Sebaliknya mereka yang benar-benar beriman,
jumlahnya tidak lebih dari 700 orang. Mereka bertempur melawan 3000 orang. Kita
sudah melihat, tindakan Hamzah dan Abu Dujana yang telah memperlihatkan suatu
teladan dalam arti kekuatan moril yang tinggi pada mereka itu. Suatu kekuatan
yang telah membuat barisan Quraisy jadi lemas seperti rotan, membuat
pahlawan-pahlawan Quraisy, yang tadinya di kalangan Arab keberaniannya
dijadikan suri teladan, telah mundur dan surut. Setiap panji mereka lepas dari
tangan seseorang, panji itu diterima oleh yang lain di belakangnya. Setelah
Talha b. Abi Talha tewas di tangan Ali datang 'Uthman b. Abi Talha menyambut
bendera itu, yang juga kemudian menemui ajalnya di tangan Hamzah. Seterusnya
bendera itu dibawa oleh Abu Sa'd b. Abi Talha sambil berkata:
"Kamu mendakwakan bahwa koban-korban kamu
dalam surga dan korban-korban kami dalam neraka! Kamu bohong! Kalau kamu
benar-benar orang beriman majulah siapa saja yang mau melawanku":
Entah Ali atau Sa'd b. Abi Waqqash ketika itu
menghantamkan pedangnya dengan sekali pukul hingga kepala orang itu terbelah.
Berturut-turut pembawa bendera itu muncul dari Banu
Abd'd Dar. Jumlah mereka yang tewas telah mencapai sembilan orang, yang
terakhir ialah Shu'ab orang Abisinia, budak Banu Abd'd-Dar. Tangan kanan orang
itu telah dihantam oleh Quzman, maka bendera itu dibawanya dengan tangan kiri.
Tangan kiri inipun oleh Quzman dihantam lagi dengan pedangnya. Sekarang bendera
itu oleh Shu'ab dipeluknya dengan lengan ke dadanya, kemudian ia membungkuk
sambil berkata: Hai Banu Abd'd-Dar, sudahkah kau maafkan? Lalu ia ditewaskan
entah oleh Quzman atau oleh Sa'd bin Abi Waqqash, sumbernya masih berbeda-beda.
Setelah mereka yang membawa bendera itu tewas
semua, pasukan orang-orang musyrik itu hancur. Mereka sudah tidak tahu lagi
bahwa mereka dikerumuni oleh wanita-wanita, bahwa berhala yang mereka mintai
restunya telah terjatuh dari atas unta dan pelangking yang membawanya.
No comments:
Post a Comment