I.
Persiapan Quraisy di Mekah
Sejak terjadinya perang Badr pihak Quraisy sudah
tidak pernah tenang lagi. Juga penstiwa Sawiq tidak membawa keuntungan apa-apa
buat mereka. Lebih-lebih karena kesatuan Zaid b. Haritha telah berhasil
mengambil perdagangan mereka ketika mereka hendak pergi ke Syam melalui jalan
Irak. Hal ini mengingatkan mereka pada korban-korban Badr dan menambah besar
keinginan mereka hendak membalas dendam. Bagaimana Quraisy akan dapat melupakan
peristiwa itu, sedang mereka adalah bangsawan-bangsawan dan pemimpin-pemimpin
Mekah, pembesar-pembesar yang angkuh dan punya kedudukan terhormat? Bagaimana
mereka akan dapat melupakannya, padahal wanita-wanita Mekah selalu ingat akan
korban-korban yang terdiri dari anak, atau saudara, bapak, suami atau teman
sejawat? Mereka selalu berkabung, selalu menangisi dan meratapi.
Demikianlah keadaannya. Orang-orang Quraisy sejak
Abu Sufyan b. Harb datang membawa kafilahnya dari Syam, yang telah menyebabkan
timbulnya perang Badr, begitu juga mereka yang selamat kembali dan Badr, telah
menghentikan kafilah dagang itu di Dar'n-Nadwa. Pembesar-pembesar mereka yang
terdiri dari Jubair b. Mut'im, Shafwan b. Umayya' 'Ikrima b. Abi Jahl, Harith
b. Hisyam, Huaitib b. Abd'l-'Uzza dan yang lain, telah mencapai kata sepakat,
bahwa kafilah dagang itu akan dijual, keuntungannya akan disisihkan dan akan
dipakai menyiapkan angkatan perang guna memerangi Muhammad, dengan memperbesar
jumlah dan perlengkapannya. Selanjutnya tenaga kabilah-kabilah akan dikerahkan
dan supaya ikut serta bersama-sama dengan Quraisy menuntut balas terhadap kaum
Muslimin. Ikut pula dikerahkan di antaranya Abu 'Azza penyair yang telah
dimaafkan oleh Nabi dan antara tawanan perang Badr. Begitu juga kabilah
Ahabisy2 yang mau ikut mereka dikerahkan pula. Wanita-wanita pun mendesak akan
ikut pergi berperang.
Mereka berunding lagi. Ada yang berpendapat supaya
kaum wanita juga ikut serta.
"Biar mereka bertugas merangsang kemarahan
kamu, dan mengingatkan kamu kepada korban-korban Badr. Kita adalah masyarakat
yang sudah bertekad mati, tidak akan pulang sebelum sempat melihat mangsa kita,
atau kita sendiri mati untuk itu."
"Saudara-saudara dari Quraisy," kata yang
lain lagi. "Melepaskan wanita-wanita kita kepada musuh, bukanlah suatu
pendapat yang baik. Apabila kalian mengalami kekalahan, wanita-wanita kitapun
akan tercemar."
Sementara mereka sedang dalam perundingan itu
tiba-tiba Hindun bt. 'Utba, isteri Abu Sufyan berteriak kepada mereka yang
menentang ikut sertanya kaum wanita itu:
"Kamu yang selamat dari perang Badr kamu
kembali kepada isterimu. Ya. Kita berangkat dan ikut menyaksikan peperangan.
Jangan ada orang yang menyuruh kami pulang, seperti gadis-gadis kita dulu dalam
perjalanan ke Badr disuruh kembali ketika sudah sampai di Juhfa.3 Kemudian
orang-orang yang menjadi kesayangan kita waktu itu terbunuh, karena tak ada
orang yang dapat memberi semangat kepada mereka."
No comments:
Post a Comment