VI.
Berhadapan dengan lawan
Kedua belah pihak sudah siap bertempur.
Masing-masing sudah mengerahkan pasukannya. Yang selalu teringat oleh Quraisy
ialah peristiwa Badr dan korban-korbannya. Yang selalu teringat oleh kaum
Muslimin ialah Tuhan serta pertolonganNya. Muhammad berpidato dengan memberi
semangat dalam menghadapi pertempuran itu. Ia menjanjikan pasukannya akan
mendapat kemenangan apabila mereka tabah. Sebilah pedang dipegangnya sambil ia
berkata:
"Siapa yang akan memegang pedang ini guna
disesuaikan dengan tugasnya?"
Beberapa orang tampil. Tapi pedang itu tidak pula
diberikan kepada mereka. Kemudian Abu Dujana Simak b. Kharasya dari Banu Sa'ida
tampil seraya berkata:
"Apa tugasnya, Rasulullah?"
"Tugasnya ialah menghantamkan pedang kepada
musuh sampai ia bengkok," jawabnya.
Abu Dujana seorang laki-laki yang sangat berani. Ia
mengenakan pita (kain) merah. Apabila pita merah itu sudah diikatkan orangpun
mengetahui, bahwa ia sudah siap bertempur dan waktu itupun ia sudah
mengeluarkan pita mautnya itu.
Pedang diambilnya, pita dikeluarkan lalu
diikatkannya di kepala. Kemudian ia berlagak di tengah-tengah dua barisan itu
seperti biasanya apabila ia sudah siap menghadapi pertempuran.
"Cara berjalan begini sangat dibenci Allah,
kecuali dalam bidang ini," kata Muhammad setelah dilihatnya orang itu
berlagak.
Orang pertama yang mencetuskan perang di antara dua
pihak itu adalah Abu 'Amir 'Abd 'Amr b. Shaifi al-Ausi (dari Aus). Orang ini
sengaja pindah dari Medinah ke Mekah hendak membakar semangat Quraisy supaya
memerangi Muhammad. Ia belum pernah ikut dalam perang Badr. Sekarang ia
menerjunkan diri dalam perang Uhud dengan membawa lima belas orang dari
golongan Aus. Ada juga budak-budak dari penduduk Mekah yang juga dibawanya.
Menurut dugaannya, apabila nanti ia memanggil-manggil orang-orang Islam dari
golongan Aus yang ikut berjuang di pihak Muhammad, niscaya mereka akan memenuhi
panggilannya, akan berpihak kepadanya dan membantu Quraisy.
"Saudara-saudara dari Aus! Saya adalah Abu
'Amir!" teriaknya memanggil-manggil.
Tetapi Muslimin dari kalangan Aus itu membalas:
"Tuhan takkan memberikan kesenangan kepadamu,
durhaka!"
Perangpun lalu pecah. Budak-budak Quraisy serta
'Ikrima b. Abi Jahl yang berada di sayap kiri, berusaha hendak menyerang
Muslimin dari samping, tapi pihak Muslimin menghujani mereka dengan batu
sehingga Abu 'Amir dan pengikut-pengikutnya lari tunggang-langgang. Ketika itu
juga Hamzah b. Abd'l-Muttalib berteriak, membawa teriakan perang Uhud:
"Mati, mati!"
Lalu ia terjun ketengah-tengah tentara Quraisy itu.
Ketika itu Talha b. Abi Talha, yang membawa bendera tentara Mekah berteriak
pula:
"Siapa yang akan duel?"
Lalu Ali b. Abi Talib tampil menghadapinya. Dua
orang dari dua barisan itu bertemu. Cepat-cepat Ali memberikan satu pukulan,
yang membuat kepala lawannya itu belah dua. Nabi merasa lega dengan itu. Ketika
itu juga kaum Muslimin bertakbir dan melancarkan serangannya. Dengan pedang
Nabi di tangan dan mengikatkan pita maut di kepala, Abu Dujane pun terjun
kedepan. Dibunuhnya setiap orang yang dijumpainya. Barisan orang-orang musyrik
jadi kacau-balau. Kemudian ia melihat seseorang sedang mencencang-cencang
sesosok tubuh manusia dengan keras sekali. Diangkatnya pedangnya dan
diayunkannya kepada orang itu. Tetapi ternyata orang itu adalah Hindun bt.
'Utba. Ia mundur. Terlalu mulia rasanya pedang Rasul akan dipukulkan kepada
seorang wanita.
Dengan secara keras sekali pihak Quraisypun
menyerbu pula ke tengah-tengah pertempuran itu. Darahnya sudah mendidih ingin
menuntut balas atas pemimpin-pemimpin dan pemuka-pemuka mereka yang sudah tewas
setahun yang lalu di Badr. Dua kekuatan yang tidak seimbang itu, baik jumlah
orang maupun perlengkapan, sekarang berhadap-hadapan. Kekuatan dengan jumlah
yang besar ini motifnya adalah balas-dendam, yang sejak perang Badr tidak
pernah reda. Sedang jumlah yang lebih kecil motifnya adalah: pertama
mempertahankan akidah, mempertahankan iman dan agama Allah, kedua
mempertahankan tanah air dan segala kepentingannya. Mereka yang menuntut bela
itu terdiri dari orang-orang yang lebih kuat dan jumlah pasukan yang lebih
besar. Di belakang mereka itu kaum wanita turut pula mengobarkan semangat.
Tidak sedikit di antara mereka yang membawa budak-budak itu menjanjikan akan
memberikan hadiah yang besar apabila mereka dapat membalaskan dendam atas
kematian seorang bapa, saudara, suami atau orang-orang yang dicintai lainnya,
yang telah terbunuh di Badr. Hamzah b. Abd'l-Muttalib adalah seorang pahlawan
Arab terbesar dan paling berani. Ketika terjadi perang Badr dialah yang telah
menewaskan ayah dan saudara Hindun, begitu juga tidak sedikit orang-orang yang
dicintainya yang telah ditewaskan. Seperti juga dalam perang Badr, dalam perang
Uhud inipun Hamzah adalah singa dan pedang Tuhan yang tajam. Ditewaskannya Arta
b. 'Abd Syurahbil, Siba' b. 'Abd'l-'Uzza al-Ghubsyani, dan setiap musuh yang
dijumpainya nyawa mereka tidak luput dari renggutan pedangnya.
Sementara itu Hindun bt. 'Utba telah pula
menjanjikan Wahsyi, orang Abisinia dan budak Jubair (b. Mut'im) akan memberikan
hadiah besar apabila ia berhasil membunuh Hamzah. Begitu juga Jubair b. Mut'im
sendiri, tuannya, yang pamannya telah terbunuh di Badr, mengatakan kepadanya:
"Kalau Hamzah paman Muhammad itu kau bunuh,
maka engkau kumerdekakan." Wahsyi sendiri dalam hal ini bercerita sebagai
berikut: "Kemudian aku berangkat bersama rombongan. Aku adalah orang
Abisinia yang apabila sudah melemparkan tombak cara Abisinia, jarang sekali
meleset. Ketika terjadi pertempuran, kucari Hamzah dan kuincar dia.
Kemudian kulihat dia di tengah-fengah orang banyak
itu seperti seekor unta kelabu sedang membabati orang dengan pedangnya. Lalu
tombak kuayunkan-ayunkan, dan sesudah pasti sekali kulemparkan. Ia tepat
mengenai sasaran di bawah perutnya, dan keluar dari antara dua kakinya.
Kubiarkan tombak itu begitu sampai dia mati. Sesudah itu kuhampiri dia dan
kuambil tombakku itu, lalu aku kembali ke markas dan aku diam di sana, sebab sudah
tak ada tugas lain selain itu. Kubunuh dia hanya supaya aku dimerdekakan saja
dari perbudakan. Dan sesudah aku pulang ke Mekah, ternyata aku
dimerdekakan."
No comments:
Post a Comment